20 juni 2012
Hari
ini tak seperti hari-hari kemarin,dimana hujan kabur dibalik cerahnya
awan, bintang berkilau dan bertabur indah menghiasi sutra malam,
desir-desir angin khidmat dalam kedamaian. Alam diam atau tidur aku tak
mengerti,mereka seakan ikut hanyut dalam alur rasa hatiku yang kini
beku.
“Plaakk…”kamus rumus yang berada ditanganku jatuh
kelantai seketika itu pula aku tersadar dari khayalan yang tak pernah
kumengerti. Yaa… sejak tadi jari-jariku bermain dengan lembaran-lembaran
kertas yang bercerita tentang pytagoras,aritmatik,limit dll namun
pandanganku membentur belahan buku dan menerawang jauh kedalam hinggah
menembus ruang dan waktu,berputar dan terus menjauh masuk kedalam
lubang,gelap dan hambar hinggah mematikan semua syarafku tuk berfikir
lebih jernih.
Semua ini membuatku lelah. Pelajaran yang
tidak kuinginkan namun memjadi tuntutan,kegiatan yang membuatku
jenuh,dan kerinduan yang sulitku salurkan. “Aku janji akan pulang
setelah ujian terakhirku selesai”. Ucapku membatin. Ntah mengapa
akhir-akhir ini aku selalu merindukan papa, sosoknya sering hadir dalam
mimpiku dan menjelma dalam nyata dan khayalku. aku sangat merindukannya
terlebih jika melihat anak-anak bermain bersama ayahnya,aku akan
teringat papaku tercinta,senyumnya,candanya yang renyah,dan
petuah-petuah bijaknya semua menambah beban rinduku untuk segera pulang.
“halo… assalamu’alaikum anakku sayang.hhe”
“wa’alaikumsalam:D…. paaaa…!!! Pa kabar???^^”
Lama
kami berbincang-bingcang lewat telfon.yaa itulah yang kulakukan ketika
ku sangat merindukannya motifasi dan doa dari papa membuatku kembali
semangat dalam belajar.
“jaga kesehatan nak,jangan tidur terlalu
larut dan jangan lupa tuk bangun salat lail karena semua beban,kesulitan
dan kemuliaan dapat dicapai jika kita selalu dekat denganNya.maka
datangilah Dia dan bersujudlah padaNya diwaktu ketika banyak orang yang
lalai dari mengingatnya dan memilih menghabiskan waktu tuk tidur karena
ketika itu tidak ada perantara lagi antara kau dan Dia”
“siiip… sersan mutiara khaerunnisa bin jendral khairul mujib siap laksanakan perintah!!!^^”
“hahahaa….mutia,,,mutia”
……
“mut… da tau usmy kpn?” Tanya omku disuatu saat
“Iy sekitar 20 juli om”
“hmmm…” sambil mengerutkan keningnya yang tebal pertanda ia berfikir keras.
“ada apa om?”
“haa??? Oo,gak papa, menurutmu pa kau bisa lulus?”
“insyAllah^^,,,optimis dong om:D”
“gak mau pulang?”
Pertanyaan
itu seketika menyentak syaraf nadiku,sejenis perasaan aneh menyergap
hati dan perasaanku,,, sejak kemaren aku memang merasakan kerinduan yang
sangat dalam meski sudah menelfon berkali-kali rasa rindu itutetap ada
tidak seperti biasanya terlebih lagi selama kurang lebih seminggu ini
aku tidak pernah sempat bicara dengan papa karena katanya ia sibuk
dengan kerjaan barunya.
Pulang? Tentu ingin,bahkan sangat
ingin,tapi bukankah ujian ini juga sangat pentig bahkan menjadi harus
agar orang tuamu tidak perlu bekerja keras lagi,itu kata om. Sejak
krisis finansial menyerang penghidupan kami,papa terpaksa menjadi petani
yang menjadikan cangkul sebagai bolpoinnya dan sebidang tanah menjadi
bukunya. Papa juga tak segan-segan memelihara beberapa hewan ternak
sebagai teman barunya demi memberikan kami kehidupan yang layak.
“mut…mutia… kok ngelamun?”manyun.
“aah? Hee… gak, setelah selesai ja om baru pulang. Mang napa om?”
Dari
garis wajahnya Nampak jelas om ku ini sedang berfikir keras dan
gelisah,ntah apa yang dia sembunyikan firasatku mengatakan itu hal yang
buruk.
Allahu Akbar allahu akbar….
Sayup sayup
kudengar suara adzan dari toak mesjid yang berada sekitar 100 M dari
kontrakan kami. Perlahan namun pasti pilar-pilar senja kini
membentangkan permadaninya, melukis hangatnya malam dilangit kota
metropolitan,satu,dua,dan tiga bintang mulai menawarkan senyumnya yang
khas.
Dalam solatku tiba-tiba terbayang wajah papa,
bayang-bayangnya tak pernah lepas hinggah akhir solatku,teringat ketika
dia mengantarku ke pondok di malam hari karena tak ingin aku mendapat
hukuman karena pulang terlambat dan papa juga merasa rugi jika aku tidak
ikut pelajaran tafsir dimalam hari dan menghafal ketika subuhnya
sehinggah papa ikhlas menempuh puluhan kilo dimalam yang begitu dingin.
Tak
jarang ketika pulang papa kehujanan dan basah kuyup karena tidak
membawa mantel. Aku juga ingat saat papa menjemputku dari pondok ketika
liburan tiba,kami akan singgah diwarteg untuk makan dan singgah di
mesjid atau mushollah ketika dijalan kami mendapati waktu solat.
Satu
demi satu air matuku jatuh bercucuran dan terus mengalir dan semakin
menjadi ketika aku berusaha untuk tidak menangis,aku rindu sangat
merindukanmu paaa… segera ku selesaikan dzikir dan doaku lalu dilanjut
dengan sunnah rawatibnya ku berdoa semoga di sana papaku baik-baik saja.
Segera aku keluar tuk kemudian menelfon kerumah,baru saja aku ingin
mengambil handphone dari balik pintu ku mendengar isak tangis tante yang
sedang menelfon dan aku yakin itu dari mama.
Hening…semua
tenggelam dalam kebisuan dan fikiran masing-masing, kukuatkan tuk
melangkah ke wc disana aku menangis sejadi-jadinya.” Papamu sakit dan
kini koma ia dirawat dirumah sakit sudah satu minggu dan akan dirujuk
kerumah sakit palu”. Jelas tante lirih, dia terkena menginitis stadiun
akhir. Innalillahi wa innailaihi rojiun. Dalam hati ku terus bertasbih
dan berdzikir berharap Dia yang maha pengasih menurunkan keajaibannya
dan menyembuhkan papaku tercinta.
Ba’da solat subuh segera
ku membooking tiket lion air. sejurus kemudian kami kemall dekat rumah
untuk menbeli beberapa kebutuhanku dirumah sakit tuk jaga nanti.
Menunggu hari keberangkatanku tante mengatur semua barang bawaanku
dengan rapi,membuatkanku bekal dan mewanti-wantiku tuk tidak lengah.
tante
saangat khawatir karena ini kali pertama aku berangkat sendiri dan
menempuh jarak yang sangat jauh bukan hanya melewati beberapa kota tapi
juga pulau tanpa ada yang menemani,sungguh fantastis bukan… mutia yang
tak pernah berani naik angkot dari rumah ke ruko atau dari rumahku ke
sekolah dulu kini berangkat sendiri dari Sumatra ke
Sulawesi,teman-temanku pasti akan berkata woooww… :D
Setelah
cek in aku kembali keluar menemui tante dan sepupuku yang kecil kami
saling berpelukan,mereka melepaskanku dengas isak tangis dan lambaian
sedih harus berpisah,ada perasaan haru yang kini menggelayut dihatiku
namun segera kutepis dan kehapus dengan senyum dan satu tarikan
nafas.teringat ujianku yang kini berada didepan mata,dan karir yang
mulai bersinar,sekali lagi aku menghela nafas dalam-dalam dan
menghembuskannya dengan kuat,huuuffttt… biarlah semuanya tertinggal
disini,dan berusaha mulai yang baru lagi.
Aku terus
berjalan menelusuri koridor menuju tempat wudhuh dan solat zduhur di
mushollah lalu terbang meninggalkan kota sriwijaya yang penuh dengan
kenangan dan impian yang harus dikubur.
Dunia ini ternyata
begitu singkat,dan kecil. Betapa rugi orang-orang yang mengorbankan
hati dan jiwanya hanya untuk hal yang sangat singkat ini,siang tadi aku
masi berada di Palembang bahkan paginya masih sarapan bersama
tante,ba’da isya waktu Indonesia timur aku sudah berada dikota palu.
….
Pilihan
menjadi petani pasti merupakan hal yang sulit kata om
muram,menurutkupun begitu, dulu kulit papa begitu putih dan bersih tapi
kini kulitnya hangus terbakar matahari,dulu otot papa begitu kekar dan
berisi sekarang ia terlihat lebih kurus,jika dulu fitnes mewajibkan papa
mengangkat beban berat untuk membentuk ototnya kini menjadi petani
mewajibkan ia mengangkat batu dan karung beras untuk memenuhi perutnya.
Kucium dan kupeluk papa ku yang kini terbaring tak sadarkan diri di atas
kasur biru. “paa…”bisikku lirih dengan suara merintih. Aku terus
mencium dan menyapu rambutnya yang menipis sambil membisikkan
kalam-kalamnya.
Subhanalllah,walhamdulillah,walailahaa illahllah wallahuakbar…
Selama
tiga hari dirawat tanpa bisa makan akhirnya papa di pindahkan keruang
icu dan atas persetujuanku papa dipasangi selang tuk makan,dan entah
selang apa lagi yang menempel ditangan dan jarinya,sesak rasanya melihat
papaku yang begitu kuat dan hebat terbaring lemah di atas ranjang tanpa
bisa makan dan bicara padaku,mungkinkah papa sakit karena terlalu
bekerja keras
Ouch…. Papakusayang,papaku tercinta aku
sungguh berharap kau bisa sadar dan tersenyum padaku lalu memanggil
namaku seperti dulu, Mutia… mutiaku sayang…. Setelah membacakan surah
ar-rahman dan al-waqiah surah faforit papa kulanjutkan dengan menbacakan
surah al-fatiha 7x lanjut dengan membaca mu’auwidzatain 3x dan ayat
kursi lalu ditutup dengan al-fatiha,kemudian kubersihkan wajah papa
dengan tisyu basah,wajahnya sangat kotor dan berdebu mungkin karena
berkeringat dan tak pernah mandi salama 2 minggu,kurapikan cambang dan
jenggotnya sambil terus meracau meski aku tau papa tidak bisa
mendengarku.
“naah…kaan wajah papa jadilebih bersih pasti
para dokter itu iri karena sadar papa lebih tampan dari mereka”acapku
sambil menggantikan pakaiannya yang sudah basah dengan keringat. “paa..
cepat sembuh yaaa… dan segera sadar,lihat mutia uda pulang,lihat dong
paa…. Anakmu ini makin cantik,tapi mengurus karena sangat merindukan
papa,jadi sadar yaa paa… ntar mutia certain kisah-kisah lucu mutia
selama disekolah dan dirumah bersama om dan tante,ok buddy??!^^”
ungkapku bersemangat,lalu kukecup keningnya ”paa… mutia solat dulu
yaaa…” dann… Allahu akbar… papaku yang sejak seminggu tak sadarkan diri
akhirnya membuka matanya dan mengangkat keningnya tanda setuju dan
mengizinkanku pergi,tak kuasa ku menahan haru bisa melihat mata papaku
yang begitu sejuk,”paa…??? Papa liat mutia kaaan??? Ini mutia paaa? Papa
mutia uda datang dua hari yang lalu? Papa tau kaan?” matanya berkaca
dan kembali mengangkat keningnya,Allahu akbar. Aku berusahauntuk tidak
menangis,tak ingin papa sedih dan melemah karenanya jadi aku tersenyum
dan memeluknya lalu kucium ia berkali-kali dan ku hapus setetes air
matanya yang keluar begitu lambat.
“paa… mutia juga yakin
pasti papa bisa sadar dan kembali sehat,mutia tau itu,karena papa ingin
melihat mutia kaannn…^^ papa tetap kuat yaa,mutia selalu berdoa untuk
kesembuhan papa,oiya paa… mutia punya hadiah baju batik yang cantik
untuk papa,jadi segera sembuh agar kita bisa ramadhan bersama,tarwih
berjamaah dan papa bisa pake baju yang mutia beliin yaa…” kali ini papa
tidak mengangkat keningnya dia hanya menatapku dalam, tanpa batas.ntah
dia melihatku atau memandang kearah yang lebih jauh. “mmm… papa uda
qomat, mutia kemesjid dulu yaa…. Solat dan berdoa untuk kesembuhan papa
yaaa???” ia mengangkat kening. Aku tersenyum lalu beranjak dari tempat
dudukku “paa… tunggu mutia yaa…sampe pulang solat?kita cerita lagi?”.
diam….
Hanya 5 menit percakapanku dengan papa setelah itu
dia tak sadar lagi meskipun begitu aku bersyukur karena bisa melihatnya
siuman dan berbicara padanya,tanpa mendengar suaranya,tanpa melihat
senyumnya tapi dengan pandangan mata dan isyarat keningnya aku sangat
bersyukur.selebihnya aku sangat berharap besok papa bisa kembali sadar
dalam waktu yang lebih lama.
….
Sejak pagi tak ada makanan
yang bisa melewati tenggorokanku karena nadi dan tensi papa yang begitu
mengkhawatirkan. 40/39 lebih buruk dari balita bahkan bayi yang baru
lahir,para suster berbisik dan berkata tidak ada harapan lagi,dokterpun
hanya mengharap keajaiban,mama berputus asa dan meminta mencabut semua
alatnya agar papa bisa segera pergi,aku marah melihat mamaku yang
menurutku begitu jahat,kumohon pada dokter untuk kembali memeriksa
papa,aku juga menyuruh suster untuk mengganti impus,monitor,dan upname
papa dengan yang baru,menurutku semua yang papa pake saat itu rusak
sehinggah tidak mampu membaca nadi dan tensinya,akhirnya mereka
mengabulkan permintaanku,seorang suster yang bertugas menyuntikkan
makanan untuk papa juga tetap memberikan dia makan,dan dokter kembali
mengeluarkan resep dengan harapan itu bisa menaikkan tensinya. Aku terus
duduk disebelah kanan dekat kepala papa,kubisikkan sejumlah ayat yang
kuhafal sambil menangis.
100/-,30/49…. -/-,-/30… begitu
pergantian antara tensi dan nadi papa yang terlihat dimonitor saat itu
hinggah para mantri datang dan memeriksa keadaan papa,aku lebih memilih
lari kemushollah. Atas saran seorang teman Disana aku solat sunnah
berkali-kali,agar aku bisa lebih tenang katanya. Ntah solat apa saja
namanya mungkin solat mutlak tapi aku berniat solatku bisa menyembuhkan
papa dan menghilangkan rasa sakitnya,dua jam setelah zduhur aku terus
menangis dan bersujud tanpa peduli keluarga pasien lain yang juga solat
disampingku,aku terus menangis dan memohon Allah yang maha pengasih
mengakhiri derita papa
”yaa Allah aku mencintai papaku
sangat menyayanginya. Dialah orang pertama yang kusayangi setelah engkau
dan rasulmu, yaa Allah kumohon sembuhkan papaku… dan akhiri rasa
sakitnya,aku ikhlas bila aku yang merasakan sakitnya tapi tak akan tahan
jika harus malihat papaku seperti itu,yaa Allah bukankah engkau maha
pemurah? Bukankah engkau menyuruh kami yakin karena engkau akan
mengabulkan doa-doaku? Aku yakin kau akan mengakhiri sakit papa dan
menggantinya dengan kebaikan yang tiada tara,apapun kebaikan itu kumohon
ajari aku tuk ikhlas yaa Allah”
Azan adzhar kembali
terdengar tapi aku masi enggan meninggalkan papa,hinggah 30 menit
berlalu nafasnya mulai sesak dan terputus-putus,mama terus menangis
sambil menggenggam tangannya dan menyuruhku tuk menuntun papa bembaca
syahadat,dzikir dan ntah apa lagi yang bisa kubisikkan. Yaa ayyatuhan nafsul mutmainnah irji’ii ilaa rhobbika radhiyatan mmardiyah fadkhulii fii ‘ibadii wadkhulii jannatii.pukul16:00,rabu
20 juni 2012 tangan-tangan israil mendekap dan mengantarkan papa
kekehidupan barunya yang lebih kekal dan lebih tenang insyAllah
Dokterpun
telah memastikannya dan menghilangkan semua selang yang menambah beban
sakit papa selama ia dirawat,aku berusaha tampil kuat dan menenangkan
mama,ku peluk tubuhnhya yang lemah dan berkata semua merupakan
ketetapannya yang tidak bisa ditawar atau dihindari dan kita semuapun
akan menuju kesana,sambil terus kupandangi wajah papa yang kurus namun
tampak cerah,air mataku terus mengalir tanpa bisa ku bendung hinggah
menimbulkan uap dikacamataku,samar kulihat wajahnya,kucoba mendekat dan
lebih dekat namun semua kaki dan tanganku terasa lemas tanpa
tenaga,samar dan akhirnya semua menjadi gelap. Ku mohon paaa muncullah
dalam tidurku dan tersenyumlah untuk terakhir kalinya.
Semilir
angin menyapaku dengan lembut ketika aku berlutut memandangi komplotan
makhluk Allah yang mengais rezeki ditengah sawah yang hijau.dulu ketika
aku berkunjung disini menatap kedepan diantara sawah,sungai dan gunung
aku akan menemukan orang yang sangat kucintai setelah Allah dan
rasulnya,berdiri tegak memandangi ternak-ternaknya dan mengawasi
tanamannya yang tumbuh dengan subur. Layaknya seorang colonel ia tampak
gagah dan berwibawah ,papa….!!!teriakku sambil melambai dan saat itu
senyumnya akan merekah dan wajahnya bersinar.kini tempat itu tidak lagi
kupandangi namun kudatangi dan kutelusuri hinggah tak mampu lagi tuk
mendaki namun aku tak juga menemukan sosok yang kucari disana,mungkin
papaku tidak disini lagi…. Bisikku dalam hati.
Aku ingin
menghilang…walau hanya sejenak,menghilang ke tempat dimana tidak akan
ada yang menemukan dan melihatku,agar bisa ku menangis agar bisa
kuberteriak dan memanggil namanya.
Diluar masi gerimis tapi banjir
telah menggenangi hatiku, ntah sampai kapan mungkin sampai waktu
mengobati kerinduanku. Sampai saat itu maka izinkan ku menangis,menangis
tuk mengobati kerinduanku padanya….